Laman

Senin, 15 Juni 2015

POTENSI BELAJAR DAN BERBAHASA PADA ANAK-ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan hubungan antar individu, manusia membutuhkan bahasa sebagai media untuk berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lainnya. Pentingnya bahasa dalam kehidupan sosial manusia, maka pembelajaran bahasa telah dilakukan sejak anak berusia dini karena mereka memerlukan bahasa sekurang-kurangnya sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan berbagai hal dalam kehidupan sosialnya. Karena tanpa bahasa siapapun tidak akan dapat mengekspresikan diri untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, dengan kata lain komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi.
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi untuk berbahasa, yang mana potensi kebahasaan itu akan tumbuh dan berkembang jika fungsi lingkungan diperankan dengan baik. Perolehan bahasa ini didapatkan anak pertama kali di dalam keluarga, hal inilah yang merupakan titik awal perkembangan bahasa pada anak. Sedangkan potensi belajar pada anak akan ditemukan dan berkembang secara optimal jika diadakan pembinaan yang datang dari lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan pendidikan. Karena pendidikan disini merupakan tempat yang memberikan kesempatan kepada kemungkinan-kemungkinan potensi belajar yang ada pada seorang anak untuk berkembang secara optimal.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah potensi belajar pada anak?
2. Bagaimanakah potensi berbahasa pada anak?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi belajar dan berbahasa pada anak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memperoleh pengetahuan tentang potensi belajar pada anak.
2. Untuk memperoleh pengetahuan tentang potensi berbahasa pada anak.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi belajar dan berbahasa pada anak.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi Belajar pada Anak
Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seorang anak tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus Soejono (1980 : 36) “Potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Seorang lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaan, atau lebih kuat kemauan atau lebih tegap, kuat badannya daripada yang lain”.
Kita mengetahui bahwa masing-masing anak memiliki potensi yang berbeda, baik berbeda dalam hal kualitasnya maupun berbeda dalam bidang dari potensi-potensi itu. Namun potensi-potensi ini memberikan kemungkinan-kemungkinan kepada anak-anak untuk berkembang menjadi sesuatu. Kemampuan potensi ini akan mempengaruhi kemampuan belajarnya. Anak yang mempunyai kemampuan potensi yang lebih akan lebih mudah dan lebih cepat belajar daripada anak yang mempunyai kemampuan potensi yang kurang.
Berikut adalah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri anak, yakni:
1. Potensi jasmaniah
         Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara  fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi jasmaniah ini
         memerlukan gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang
         sehat sebagai pra kondisi hidupnya. Jika kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh
         orang yang bersankutan akan lemah, bahkan dapat sakit.
2. Potensi rohaniah
Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.
Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia, tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya.
   Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U. Noorsyan (1980 : 131) yang membagi potensi kepada:
1. Potensi jasmaniah; phisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal).
2. Potensi piker (akal, rasio, intelegensi, intelektual).
3. Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
4. Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan
nafsu, termasuk prakarsa).
5. Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi).
6. Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).
7. Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).


B. Potensi Berbahasa pada Anak
          Proses perkembangan bahasa anak tidak terlepas dari potensi yang sudah ada pada diri anak sejak ia dilahirkan, yang mana potensi berbahasa individu ialah kemampuan yang masih terpendam yang di miliki oleh setiap orang untuk menyampaikan informasi dan berkomunikasi. Menurut Deyster bahasa bagi manusia memiliki tiga fungsi, yakni:
      1. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan isi jiwa seseorang.
      2. Bahasa sebagai perasaan (mempengaruhi orang lain).
      3. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat.
          Perkembangan bahsa anak pada dasarnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
      1. Egocentric speech
Terjadi ketika anak berbicara kepada dirinya sendiri/monolog dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.
      2. Socialized speech
          Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan bahasa pada masa ini di bagi ke dalam lima bentuk, yakni:
      a. Adapted information (bertukar pikiran atau gagasan dan ada tujuan bersama yang di cari).
      b. Critism (penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain).
      c. Command (perintah), threat (ancaman), dan request (permintaan).
      d. Question (pertanyaan).
      e. Answer (jawaban).
          Kemampuan berbahasa anak selalu mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan perkembangannya pada masa-masa tertentu. Di lihat dari segi pembagian fase perkembangan berbahasa yang disusun oleh Clara dan W. Stern, maka perkembangan pada masa bayi termasuk pada fase pertama yang meliputi stadium purwaka (meraba atau mengoceh), meniru suara atau bunyi yang di dengar walaupun tidak sempurna dan stadium kalimat sepatah (pada akhir masa bayi, dia mengucapkan hanya satu kata saja tetapi maksudnya adalah satu kalimat yang mengandung permintaan). Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa anak dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satu diantaranya yaitu faktor usia.
Pada usia anak di masa sekolah kehidupan sosial anak bertambah luas, dan ia menemukan bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk kesatuan kelompok, menyadari hal ini menyebabkan motivasinya menjadi lebih besar untuk belajar berbahasa lebih baik. Jadi jelaslah disini bahwa yang mengalami perkembangan bahasa sekaligus didalamnya tersirat mengalami perkembangan potensi belajar yang lain. Sebab dengan perkembangan bahasa dapat dilihat sampai sejauh mana tingkat perkembangan intelegensinya, emosinya, fantasinya dan sebagainya.



C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Potensi Belajar dan Berbahasa pada Anak
          Perkembangan potensi belajar dan berbahasa pada anak dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor, yakni:
      1. Usia (umur anak)
          Ketika seorang anak dilahirkan, kemudian dia dibesarkan di dalam lingkungan sosial, berinteraksi dengan banyak orang maka potensi berbahasa anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sejalan dengan bertambahnya usia anak.
      2. Lingkungan
Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami (karena bakat, kodrat dan ritme perkembangan yang alami) dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Besar kecilnya perbendaharaan bahasa anak sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya, baik di keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
3. Perkembangan Motorik
Yang dimaksud motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan. Perkembangan motorik inilah yang memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu yang terkandung dalam jiwanya.
4. Perkembangan Intelegensi
Pada usia awal masa sekolah tingkat berfikir anak masih bersifat konkrit. Artinya masih erat hubungannya dengan benda atau hal-hal yang nyata. Makin lama daya berfikir anak mengalami perkembangan yang pesat dengan ciri-ciri sikap kritis, realis dan logis.
5. Perkembangan Emosi
Anak yang semula hanya merasakan senang dan sedih, makin lama perasaan itu dikembangkan menjadi
perasaan-perasaan : menyesal, kasihan/iba, marah, jengkel, simpati, bersalah dan sebagainya. Yang semuanya itu disebabkan oleh pengalaman yang makin bervariasi dalam bertingkah laku.
6. Perkembangan Karsa
Perkembangan karsa atau kemauan/keinginan ini biasanya erat kaitannya dengan suatu kebutuhan dari siswa itu sendiri. Kadang-kadang keinginan anak itu demikian mendesak menurut pemenuhan. Untuk memenuhi kebutuhannya, maka anak lebih rajin belajar/bekerja, ulet dan tabah menghadapi segala tantangan.
7. Perkembangan Fantasi
Fantasi berkembang pada usia kurang lebih tiga tahun, dan mengalami perkembangan yang pesat pada masa kanak-kanak yang gemar akan permainan-permainan fantasi, gemar sekali akan cerita-cerita hayal.
8. Perkembangan Kesusilaan/Agama
Penanaman norma-norma kesusilaan dan agama merupakan masalah yang abstrak, sedangkan anak hidup dalam tingkat berfikir konkrit di dalam kehidupan logikanya dan realitanya. Mereka tidak dapat menerima sesuatu yang ada diluar pikirannya. Ia selalu minta bukti konkrit untuk mendapat kebenaran. Dan kebenaran harus dapat dilihatnya dengan alat indra, dengan mata, telinga, peraba dan pengecapnya.



BAB III
SIMPULAN

Setiap anak memiliki kemampuan atau potensi belajar dan berbahasa yang berbeda satu dengan yang lainnya, perbedaan ini dikarenakan sedikit atau banyaknya potensi yang dimilikinya. Perkembangan bahasa pada anak didorong oleh hasrat ingin berkomunikasi dengan orang lain dan untuk memahami dunia sekitar, anak-anak bercakap-cakap sambil melatih fungsi bicaranya. Kemajuan penguasaan bahasa oleh anak berlangsung sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sekali yang disebabkan oleh bunyi huruf mati yang sulit dilafalkan dengan tepat dan baik. Meskipun anak sudah memiliki potensi untuk berbahasa, tetapi potensi itu tidak akan dapat tumbuh dan berkembang apabila tidak di dukung oleh lingkungannya. Potensi yang ada dalam diri anak memiliki kemungkinan untuk berkembang dan dapat diwujudkan apabila telah tiba waktunya, serta tersedianya kesempatan dan perangsang.


DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Soejono, 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung : CV.Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar